Monday, May 31, 2010

Tips Menghemat Air dalam Berkebun

Siapa yang menyangkal bahwa air bersih semakin sulit untuk kita dapati? Populasi manusia semakin banyak akan memicu naiknya tingkat penggunaan dan kebutuhan air bersih. Bahkan kini, semakin rusaknya alam, menambah faktor semakin sulitnya air didapat.

Selain penghematan pada penggunaan air dalam aktivitas hidup sehari-hari, penghematan air pada saat berkebun dan perawatannya juga dapat dilakukan. Prinsipnya adalah tiap lokasi taman dan jenis tanaman mempunyai kebutuhan air yang berbeda.

Dari segi pertumbuhan tanaman sendiri, banyak dampak negatif dari kondisi kelebihan air, diantaranya adalah mudahnya tanaman terjangkit hama dan penyakit, rentan terhadap kondisi kekeringan, hingga lebih cepat memacu kerusakan pada elemen taman lainnya seperti lapuknya dek kayu, berkaratnya bangku taman dari besi hingga lumut pada ornamen taman yang terbuat dari bebatuan.

Banyak cara yang dapat ditempuh untuk dapat menghemat air saat berkebun. Berikut langkah yang perlu dilakukan:

1. Menentukan zona penyiraman air

Hal ini sangat ditentukan oleh keperluan air dari tiap jenis tanaman terhadap jenis struktur tanah, topografi, dan penerimaan sinar matahari yang berbeda. Pertama kali perlu dipastikan bahwa kondisi tanah sehat dan tingkat keperluan air pada tanaman yang akan digunakan. Pada jenis tanaman yang mempunyai keperluan air hampir sama dapat dikelompokkan di dalam satu area. Tujuannya adalah untuk menentukan bagaimana menyiram dan seberapa banyak air yang perlu disediakan.

Pada tanah yang remah dan banyak unsur bebatuan, air akan cepat sekali meresap kedalam tanah. Lain halnya jika tanah cenderung mengandung tanah liat atau banyak unsur humus, air akan lebih lama tertahan dan aliran air meresap akan lambat.

Dan jika pada kedalaman 30-50 cm tanah masih lembab setelah penyiraman, tanah tersebut dapat dipastikan baik untuk media tanam bagi tanaman semak dan pohon. Untuk tanaman rumput diperlukan frekuensi siram yang lebih sedikit tetapi lebih lama saat menyiram. Hal ini disebabkan oleh sistem perakaran rumput yang lebih dangkal dari pada sistem perakaran pada tanaman dan pohon.

2. Gunakan jenis tanaman lokal dan tanaman tahan kondisi kering

Cara ini lebih memfokuskan kejelian kita pada pemilihan tanaman yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Dengan prinsip bahwa tanaman lokal yang tumbuh baik di lingkungan tersebut, maka tanaman tersebut merupakan jenis tanaman yang akan hidup lebih baik dan tahan beradaptasi pada proses penanaman.

Contohnya saja pada taman dengan kehadiran semak dan pohon pada area permukaan rumput yang cukup luas. Jika digunakan dua jenis sistem penyiraman akan terjadi pemborosan biaya untuk membeli dua sistem irigasi berbeda. Efisien penyiraman dapat dilakukan dengan memilih jenis tanaman semak dan pohon yang tahan kondisi kering sehingga sistem penyiraman dapat mengikuti sistem penyiraman rumput, karena banyak jenis rumput tertentu relatif tidak tahan kekurangan air. Atau jika dapat mememilih, kurangi area rumput karena rumput lebih banyak memerlukan aktifitas pemeliharaan dan penyiramannya.

Untuk lokasi yang cukup kering dan iklim yang panas, direkomendasikan untuk memilih tema xeriscape yang umumnya tahan pada kondisi tersebut. Selain itu tema ini baik untuk konservasi tanah dan air di lokasi tersebut.

3. Menentukan jenis penyiraman taman

Umumnya untuk taman yang tidak terlalu besar, penyiraman langsung dengan selang air atau alat siram tangan adalah salah satu cara favorit yang dilakukan. Tetapi, akhir-akhir ini sistem penyiraman dapat dirancang dengan menggunakan sistem irigasi sringkler dan sistem tetes (drip irrigation). Dua sistem irigasi tersebut dinilai dapat menghemat air lebih banyak dari sekedar menyiramnya langsung secara manual.

Sistem sprinkler umumnya digunakan pada permukaan rumput. Pola sebaran air yang merata dan terjadwal memastikan area dalam cakupan sebaran air dapat mendapatkan air sesuai dengan kebutuhannya. Sedangkan sistem tetes, lebih cocok digunakan pada semak, tanaman sedang dan pohon besar karena langsung memberikan air ke tiap individu tanaman yang ada.

4. Memastikan sistem irigasi tetap berjalan dengan baik dan efisien

Yang perlu dilakukan adalah melakukan kegiatan pemeliharaan secara rutin. Pastikan sumber informasi dari sistem irigasi yang digunakan benar adanya. Contohnya adalah informasi jenis nozel yang digunakan, berapa banyak waktu yang diperlukan saat sekali penyiraman, apa dan dimana saja alat sistem irigasi ditempatkan serta jenisnya.

Lakukan pengecekan rutin terhadap sistem untuk menjaganya agar kerusakan yang ada tidak lama ditangani dan membuang air dalam jumlah besar tanpa melakukan penyiraman. Jika ada yang rusak, cepat segera diganti agar jadwal penyiraman tetap berjalan pada waktu yang telah di jadwalkan. Jika perlu, gunakan ahli irigasi dalam jangka waktu cukup panjang yaitu sekitar 5 tahun sekali untuk memastikan bahwa sistem irigasi telah tepat dilakukan sesuai dengan kebutuhan.

5. Memanfaatkan sumber air lainnya

Indonesia sebagai negara dengan iklim tropis mempunyai interval iklim hujan dan kemarau yang cukup panjang. Pada saat musim hujan, ketersediaan air akan melimpah. Ada baiknya pada saat atau menjelang musim hujan berakhir, tampunglah air hujan di dalam wadah/gentong yang besar. Dengan menerapkan sistem penyimpanan air yang benar dan sehat, pada waktu tertentu di musim kemarau, air tersebut dapat digunakan untuk menyiram tanaman kembali. Sistem ini diharapkan dapat mengurangi beban tugas air tanah sebagai sumber air bersih dominan bagi kehidupan manusia. n

No comments: