Friday, October 3, 2014

Perkembangan Konsep Pertanian Perkotaan

Urban Farm Series: #1

Bergesernya tren penggunaan ruang luar pada tempat tinggal menandakan adanya peningkatan kesadaran akan pemenuhan kebutuhan bahan makanan secara mandiri dalam satu keluarga. Ruang hijau tidak lagi menjadi taman yang indah dengan berbagai jenis dan disain taman ornamental, tetapi sudah mulai menggunakan jenis tanaman yang dapat dikonsumsi. Tidak hanya di desa, masyarakat di perkotaan pun mulai menyadari arti pentingnya sumber makanan sehat dan jelas asal usulnya. Hal tersebut memicu berkembangnya konsep pertanian perkotaan (urban farming) di masyarakat.   

“An urban farm is an intentional effort by an individual or a community to grow its capacity for self-sufficiency and well-being through the cultivation of plants and/or animals” (Hanson & Marty, 2012)



Konsep pertanian perkotaan pun semakin menarik saat masyarakat kota mulai menyadari bahwa ukuran area yang diperlukan tidak lagi seluas pertanian konvensional pada umumnya. Berbagai macam teknik pemberdayaan area sempit di sekitar pemukiman mulai dipelajari dan dipraktekkan dengan serius. Contohnya verticulture, aquaculture, taman vertikal dan masih banyak lainnya. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Selain panen digunakan untuk pemenuhan kebutuhan sendiri, juga dapat menjadi sumber pemasukan tambahan bagi keluarga dari hasil penjualannya.
 
Lebih jauh lagi mengenai konsepsi ini, pertanian perkotaan berkembang tidak hanya di area privasi tinggi seperti taman rumah tinggal tetapi dapat menggunakan ruang publik yang tidak dikelola dengan intensif. Di Denver, Amerika Serikat, area pertanian perkotaan digunakan untuk penyediaan pekerjaan dan terapi bagi para tuna wisma. Dengan bantuan dari pemerintah daerah dan komunitas taman serta menggunakan konsep organik, beberapa tanaman bumbu dan sayur seperti mentimun dan strawberies diharapkan dapat menambah ilmu bagi para tuna wisma. Fungsi baru ini merupakan bagian dari urban farm movement, dimana kebun tidak hanya untuk kebutuhan keluarga sendiri tetapi sebagai ruang untuk berbagi dengan yang lain. 

Sementara itu, di Queensland, Australia, pemanfaatan lahan kosong publik untuk pertanian perkotaan dimanfaatkan dengan baik oleh penghuni di sekitarnya dan membentuk komunitas-komunitas taman. Tidak hanya para manula yang sudah pensiun tetapi juga kaum muda yang sengaja datang, bekerja di petak lahannya sambil bersosialisasi dengan yang lainnya. Tidak jarang hasilnya mereka olah bersama-sama dan dijual di pasar pertanian lokal yang terdekat. Contohnya adalah saat musim panen buah Rosella atau Roselle Plant (Hibiscus sabdariffa), para anggota komunitas membuat selai dari hasil panen. Setelah dikemas menarik, hasil tersebut dijual kepada keluarga sekitar taman atau dipasarkan di pasar pertanian mingguan terdekat. Hasilnya mereka gunakan untuk perbaikan fasilitas kebun atau pembelian bibit baru. Bahkan di beberapa tempat seperti di West End, salah satu distrik Kota Brisbane, para anggota komunitas bersedia membayar sewa petak lahan di area publik hanya untuk menyalurkan hobi berkebun sayur dan buah. 

Di Edogawa Tokyo, Jepang, lahan sempit di area publik juga tidak luput dari pengembangan pertanian perkotaan. Dengan mengadopsi konsep rumah kaca, dibuatlah sebuah bangunan mungil dari plastik khusus yang isinya rak tanaman sayuran yang ditanam dengan sistem hidroponik dan lampu led yang baik digunakan sebagai pengganti fungsi sinar matahari pada tanaman. Dengan kondisi yang terjaga baik, hasil tanaman yang dipanen dapat langsung dimakan dan dapat dipanen di segala musim. Walaupun luasannya terbatas, ternyata hasil panennya dijual kepada sebuah rumah makan di dekatnya secara berkala. Selain itu, bentuk rumah kacanya yang unik bahkan terlihat menyatu dengan area taman yang minimalis dan menjadi penyemarak di tengah Kota Tokyo yang padat.

Dari berbagai contoh diatas, jenis tanaman yang dibudidayakan juga sangat beragam. Umumnya adalah berbagai jenis buah-buahan dan sayuran yang mudah dirawat. Lebih spesifik, jenisnya akan tergantung dari pola makan keluarga yang bersangkutan. Untuk sayuran, contoh umumnya adalah Mentimun (Cucumis sativus L.), Tomat (Solanum lycopersicum syn), Cabai (Capsicum annuum L.), Bayam (Amaranthus spp.), dan Selada (Lactuca sativa). Untuk jenis buah-buahan, sangat tergantung pada luasan areanya. Jika cukup besar dapat memilih jenis tanaman buah yang berkarakter besar seperti Mangga (Mangifera indica). Tetapi jika areanya terbatas, dapat memilih jenis buah seperti Strawberri (Fragaria × ananassa). Selain itu, tanaman bumbu seperti Seledri (Apium graveolens), Mint (Mentha aquatica ) dan lainnya juga menjadi pilihan favorit.

Berdasarkan definisi diatas, selain tanaman juga terdapat jenis hewan kecil tertentu yang dapat dipelihara seperti Ayam. Contoh lainnya, di Brisbane, Australia pemeliharaan lebah madu di area perkotaan cukup menjadi tren baru. Dengan menyediakan sarang untuk lebah di atas bangunan mereka, sekumpulan lebah madu dipelihara dan mereka dapat mencari makan di area taman rumah di sekitarnya. Hasil madunya digunakan sebagai pengganti gula konvensional agar dapat menekan laju perkembangan penyakit diabetes. Tren ini disambut dengan baik oleh pemerintah daerah dengan memfasilitasi pemberian ilmu bagi para pencinta pertanian perkotaan tentang bagaimana memelihara lebah madu rumahan yang aman dan bagaimana cara pengelolaannya setelah panen di perpustakaan publik terdekat di tiap kotanya. 

Oleh karena itu, konsep pertanian perkotaan tidak hanya mempunyai cakupan taman rumah perkotaan yang relatif lebih kecil, tetapi dapat diterapkan dalam konsepsi komunitas di suatu lingkungan perumahan. Hasilnya, bukan saja mempunyai sumber makanan yang sehat dan tambahan pemasukan bagi keluarga, tetapi juga dapat mempererat hubungan antar anggota dan tetangga yang mana sangat sulit dilakukan di area pemukiman perkotaan. (MS)


Sumber:

Hanson, D. & Marty, E. 2012. Breaking Through Concrete: Building an Urban Farm Revival. University of California Press, Ltd. United State of America.

No comments: