Urban Farm Series: #1
Bergesernya
tren penggunaan ruang luar pada tempat tinggal menandakan adanya peningkatan
kesadaran akan pemenuhan kebutuhan bahan makanan secara mandiri dalam satu
keluarga. Ruang hijau tidak lagi menjadi taman yang indah dengan berbagai jenis
dan disain taman ornamental, tetapi sudah mulai menggunakan jenis tanaman yang
dapat dikonsumsi. Tidak hanya di desa, masyarakat di perkotaan pun mulai
menyadari arti pentingnya sumber makanan sehat dan jelas asal usulnya. Hal
tersebut memicu berkembangnya konsep pertanian perkotaan (urban farming) di masyarakat.
“An urban farm is an intentional effort by an individual or a community
to grow its capacity for self-sufficiency and well-being through the
cultivation of plants and/or animals” (Hanson & Marty, 2012)
Konsep pertanian perkotaan pun
semakin menarik saat masyarakat kota mulai menyadari bahwa ukuran area yang
diperlukan tidak lagi seluas pertanian konvensional pada umumnya. Berbagai
macam teknik pemberdayaan area sempit di sekitar pemukiman mulai dipelajari dan
dipraktekkan dengan serius. Contohnya verticulture,
aquaculture, taman vertikal dan masih
banyak lainnya. Hasilnya pun tidak mengecewakan. Selain panen digunakan untuk
pemenuhan kebutuhan sendiri, juga dapat menjadi sumber pemasukan tambahan bagi
keluarga dari hasil penjualannya.
Lebih jauh lagi mengenai konsepsi
ini, pertanian perkotaan berkembang tidak hanya di area privasi tinggi seperti
taman rumah tinggal tetapi dapat menggunakan ruang publik yang tidak dikelola
dengan intensif. Di Denver, Amerika Serikat, area pertanian perkotaan digunakan
untuk penyediaan pekerjaan dan terapi bagi para tuna wisma. Dengan bantuan dari
pemerintah daerah dan komunitas taman serta menggunakan konsep organik,
beberapa tanaman bumbu dan sayur seperti mentimun dan strawberies diharapkan
dapat menambah ilmu bagi para tuna wisma. Fungsi baru ini merupakan bagian dari
urban farm movement, dimana kebun
tidak hanya untuk kebutuhan keluarga sendiri tetapi sebagai ruang untuk berbagi
dengan yang lain.
Sementara itu, di Queensland,
Australia, pemanfaatan lahan kosong publik untuk pertanian perkotaan
dimanfaatkan dengan baik oleh penghuni di sekitarnya dan membentuk
komunitas-komunitas taman. Tidak hanya para manula yang sudah pensiun tetapi
juga kaum muda yang sengaja datang, bekerja di petak lahannya sambil
bersosialisasi dengan yang lainnya. Tidak jarang hasilnya mereka olah
bersama-sama dan dijual di pasar pertanian lokal yang terdekat. Contohnya adalah
saat musim panen buah Rosella atau Roselle
Plant (Hibiscus sabdariffa), para
anggota komunitas membuat selai dari hasil panen. Setelah dikemas menarik,
hasil tersebut dijual kepada keluarga sekitar taman atau dipasarkan di pasar
pertanian mingguan terdekat. Hasilnya mereka gunakan untuk perbaikan fasilitas
kebun atau pembelian bibit baru. Bahkan di beberapa tempat seperti di West End,
salah satu distrik Kota Brisbane, para anggota komunitas bersedia membayar sewa
petak lahan di area publik hanya untuk menyalurkan hobi berkebun sayur dan buah.
Di Edogawa Tokyo, Jepang, lahan
sempit di area publik juga tidak luput dari pengembangan pertanian perkotaan.
Dengan mengadopsi konsep rumah kaca, dibuatlah sebuah bangunan mungil dari
plastik khusus yang isinya rak tanaman sayuran yang ditanam dengan sistem
hidroponik dan lampu led yang baik digunakan sebagai pengganti fungsi sinar
matahari pada tanaman. Dengan kondisi yang terjaga baik, hasil tanaman yang
dipanen dapat langsung dimakan dan dapat dipanen di segala musim. Walaupun
luasannya terbatas, ternyata hasil panennya dijual kepada sebuah rumah makan di
dekatnya secara berkala. Selain itu, bentuk rumah kacanya yang unik bahkan
terlihat menyatu dengan area taman yang minimalis dan menjadi penyemarak di
tengah Kota Tokyo yang padat.
Dari berbagai contoh diatas,
jenis tanaman yang dibudidayakan juga sangat beragam. Umumnya adalah berbagai
jenis buah-buahan dan sayuran yang mudah dirawat. Lebih spesifik, jenisnya akan
tergantung dari pola makan keluarga yang bersangkutan. Untuk sayuran, contoh
umumnya adalah Mentimun (Cucumis sativus
L.), Tomat (Solanum lycopersicum syn), Cabai (Capsicum annuum
L.), Bayam (Amaranthus spp.), dan Selada (Lactuca sativa). Untuk
jenis buah-buahan, sangat tergantung pada luasan areanya. Jika cukup besar
dapat memilih jenis tanaman buah yang berkarakter besar seperti Mangga (Mangifera
indica). Tetapi jika
areanya terbatas, dapat memilih jenis buah seperti Strawberri (Fragaria × ananassa). Selain itu,
tanaman bumbu seperti Seledri (Apium graveolens), Mint (Mentha
aquatica ) dan lainnya juga menjadi pilihan favorit.
Berdasarkan definisi diatas,
selain tanaman juga terdapat jenis hewan kecil tertentu yang dapat dipelihara
seperti Ayam. Contoh lainnya, di Brisbane, Australia pemeliharaan lebah madu di
area perkotaan cukup menjadi tren baru. Dengan menyediakan sarang untuk lebah
di atas bangunan mereka, sekumpulan lebah madu dipelihara dan mereka dapat
mencari makan di area taman rumah di sekitarnya. Hasil madunya digunakan
sebagai pengganti gula konvensional agar dapat menekan laju perkembangan
penyakit diabetes. Tren ini disambut dengan baik oleh pemerintah daerah dengan
memfasilitasi pemberian ilmu bagi para pencinta pertanian perkotaan tentang
bagaimana memelihara lebah madu rumahan yang aman dan bagaimana cara
pengelolaannya setelah panen di perpustakaan publik terdekat di tiap kotanya.
Oleh karena itu, konsep pertanian
perkotaan tidak hanya mempunyai cakupan taman rumah perkotaan yang relatif
lebih kecil, tetapi dapat diterapkan dalam konsepsi komunitas di suatu
lingkungan perumahan. Hasilnya, bukan saja mempunyai sumber makanan yang sehat
dan tambahan pemasukan bagi keluarga, tetapi juga dapat mempererat hubungan
antar anggota dan tetangga yang mana sangat sulit dilakukan di area pemukiman
perkotaan. (MS)
Sumber:
Hanson, D. & Marty, E. 2012. Breaking
Through Concrete: Building an Urban Farm Revival. University of California
Press, Ltd. United State of America.