Tidak ada yang salah untuk menjadi lebih kritis dan lebih perduli untuk hal yang ada di depan mata kita. Contohnya saja dengan penggunaan styrofoam dalam kemasan makanan. Hal ini awalnya terjadi saat aku memposting sebuah foto sungai yang permukaan airnya hampir tertutupi sampah Styrofoam. Lalu kakak kelasku ada yang bertanya, bagaimana dengan produk kemasan yang dipakai salah satu makanan Jepang cepat saji yang telah memberikan logo aman bagi lingkungan? Karena penasaran, akhirnya kuhabiskan beberapa waktu sore hari ini untuk menelaah informasi lebih lanjut mengenai bioplastik ini.
Setelah beberapa saat, terdapat banyak informasi mengenai sang bioplastik ini. Iseng punya jari-jari kritis ternyata website sang produsen pembuat kemasan yang dibuat tahun 2010 itu tidak ada info lebih lanjut selain masih dalam pengembangan tanpa ada informasi lebih detail. Hanya ada tulisan yang memberitahukan bahwa plastic ini dapat terurai beberapa tahun, dan ada catatan dibawahnya bahwa hal itu terjadi tergantung dari panas, tingkat intensitas cahaya matahari dan kelembaban. Cukupkah percaya hanya dengan ini?
Untukku, tentu saja tidak! Akhirnya aku kembali mencari informasi lebih lanjut mengenai bioplastik ini. Hingga pada satu ulasan website greenliving (http://www.greenlivingonline.com/article/truth-about-bioplastics) yang menerangkan bahwa jangan mudah percaya dengan apa kata tulisan pada produknya. Tetap saja banyak kondisi external yang dapat menjadi penghambat dari proses tersebut. Terlebih lagi, menurutku, sesuatu yang diciptakan itu, termasuk energi yang terkandung dalam satu benda, tidak dapat hilang begitu saja tanpa berubah menjadi sesuatu materi lain. Dengan catatan, tetap saja produk itu perlu satu proses untuk daur ulang.
Bisa jadi, peletakan logo tersebut adalah sebuah strategi marketing sebuah perusahaan dengan mengambil hati konsumen dengan logo ramah lingkungannnya. Sejauh apa kontribusi perusahaan, dengan konteks ini sang rumah makan cepat saji tersebut, untuk membantu proses daur ulang kotak makanan yang mereka gunakan? Terlebih lagi jika masih dengan mudahnya kita melihat sampah dan sisa bungkusan tersebut dibuang tercampur dengan sampah lainnya atau bahkan terlihat di sebuah sungai atau sudut yang jauh dari kategori tempat sampah yang akan didaur ulang?
Jadi, jangan cepat percaya dari sebuah logo ramah lingkungan. Jadilah lebih kritis atas apa yang ada didepan kita dan menjadi lebih perduli untuk memulai gaya hidup yang lebih ramah terhadap alam. Bukan mengikuti tren yang ada, tetapi perduli untuk membantu bumi tetap menjadi tempat hidup yang aman dan nyaman bagi kita semua hingga anak cucu.
Mengutip sebuah kalimat dalam buku Panduan Masyarakat untuk Kesehatan Lingkungan yang dikeluarkan oleh Hesperian, “Semua yang berasal dari bumi harus dikembalikan ke bumi, dan semua yang berasal dari pabrik harus dikembalikan ke pabrik”.
No comments:
Post a Comment