Tuesday, October 30, 2012

Apakah kita bisa mengatur pembesaran akar pohon dengan pemotongan dahan dan ranting pohon?



Menindaklanjuti pertanyaan di sebuah artikel sebelumnya (Pengetahuan Dasar Pertumbuhan Pohon), artikel selanjutnya akan membahas alternatif jawaban sesuai dengan pengetahuan yang aku punya ya. Mohon maaf kepada Andri, berhubung beberapa urusan yang agak padat dalam beberapa bulan terakhir ini, baru bisa mulai merespon pertanyaannya. 


Mohon ditunggu ya...


Regards,
Nyang punya blog :D

Sunday, October 28, 2012

[Part 1] Biomaterials


During the weekend, I found an interesting book of biomaterials. It is quite popular nowadays, while people today try to find renewable and no-waste materials for essential industries like plastic or other polymer products. Is it about nano technology? No, of course not, I am just wondering about some definitions that glanced at my head at that moment. I took some of the definitions websites related with this issue.

#1. What is a biomaterial?

To begin with the easiest definition, according to Wikipedia, a biomaterial is a material that made based on the concept of biological systems. It could be taken from natural environment or created from laboratorial processes (included using vary chemicals methods) [1].

Further explanations quoted from scientific websites: 

 “Biomaterials can be classified as synthetic or natural materials intended to either augment, direct, replace, repair or regenerate organs, tissues, or cells. The field of biomaterials employs the combination of concepts and experimental techniques used in materials science and engineering, ...” (UC Berkeley Bioengineering , 2012) [2].


 “… in this study, the following definition will be adopted: biomaterial can be defined as any substance (other than a drug) or combination of substances synthetic or natural in origin, which can be used any time
, as a whole or as a part of a system which treats, augments, or replaces any tissue, organ or function of the body.” (Oladeji O. Ige et al., 2012) [3].

#2. What are the differences between biomaterials and natural materials?

Before answering that question, it is better to look at the definition of natural material itself. According Oladeji O. Ige et al. (2012), natural material is a product that made in nature, not made by human. Compare with the biomaterial definition, it is clear that a biomaterial can be a natural material, in spite of not all of natural materials are biomaterials. It can also be a substance that combines from synthetic and natural materials.

Regarding from previous explanations, I conclude that those differences focus on the making process and purpose of those materials. Biomaterial is used in some fields of knowledge, such as material sciences, biology, physiology, clinical sciences, and others. Usually, it is used to replace all or some parts of living organism, such as tooth feeling and artificial implants or help in healing or disease treatment. On the other hand, natural materials are already present in organisms, like a heart in human or chlorophyll in green leaves. If one time a human has dysfunctional of organs like kidney (or having bladder), it can be treated by using catheter which made from biomaterials.


Endnotes:


Reference:
Oladeji O. Ige, Lasisi E. Umoru, and Sunday Aribo, “Natural Products: A Minefield of Biomaterials,” ISRN Materials Science, vol. 2012, Article ID 983062, 20 pages, 2012. doi:10.5402/2012/983062.

Notes:
  • Please, feel free to add useful information to explain more clearly or critics about this article. I’m just trying to make a brief information to link biomaterials to other subjects.
  • Next time, I will continue the explanation with further information about the use of biomaterial in many areas and the impact of these materials on human health.
  • Please, notice me if there is a misplaced or misused rules of quotations.
  • *Curcol: Gosh… It is hard to paraphrase.



Tuesday, July 31, 2012

Mewujudkan Kota Ramah Lansia


Bertambahnya usia dan menjadi tua adalah sebuah proses alam yang tidak dapat dihindari. Kota, sebagai tempat yang sangat diminati untuk berbagai kepentingan, kadang kala menjadi tempat pilihan untuk menghabiskan masa hidup seseorang. Ditengah pertumbuhannya yang cepat dan semakin modern, bagaimanakah mewujudkan sebuah kota yang ramah untuk kaum lansia (orang lanjut usia)?

Hasil data kependudukan Indonesia menyebutkan bahwa sekitar 7,5% penduduk berada di kategori umur diatas 60 tahun, yaitu usia dimana seseorang sudah atau menjelang pensiun dan menjadi tidak produktif lagi. Beberapa kota besar seperti DI Jogyakarta dan Surabaya mempunyai persentase jumlah orang tua di atas rata-rata nasional, yaitu berturut-turut 12,95% dan 10,39%. Kedua kota ini bahkan mempunyai proporsi kategori penduduk umur lebih dari 75 tahun di atas grup umur sebelumnya.

Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, ada tiga golongan lansia, yaitu lansia dini (umur 55-64 tahun), lansia (umur 65 tahun keatas) dan lansia beresiko tinggi (umur 70 tahun keatas). Kategori lansia dini merupakan kelompok umur yang sebagian masih aktif produkti hingga persiapan menjelang pensiun, sedangkan mulai kelompok umur lansia keatas akan semakin rentan terhadap masalah kesehatannya.

Melihat perkembangan tren ini, jumlah lansia akan cenderung bertambah di masa yang akan datang. Lalu apakah pentingnya umur tersebut dalam sebuah perancangan kota? Mengapa satu kelompok umur tertentu menjadi beda dengan kelompok umur lainnya?

Kondisi Fisik dan Mental yang Mulai Terbatas

Seperti balita yang sangat sensitif dengan kondisi lingkungan, para orang lanjut usia juga mulai mempunyai batasan terhadap gaya hidup dan perubahan di sekitarnya. Walaupun banyak orang yang tetap sehat pada umur diatas 60 atau 65 tahun, namun kondisi kesehatan mentalnya akan menurun sejalan dengan proses pertambahan umur. Kondisi tersebut yang akan mempengaruhi kegiatan dan cara berinteraksi sehari-hari, baik dengan orang dan makhluk hidup lain hingga respon terhadap kondisi lingkungan yang ada sekitarnya.

Seorang ahli gerontologi menyebutkan bahwa perubahan pada kulit, otot dan tulang, sistem syaraf, dan sistem tulang punggung merupakan penurunan perubahan yang umumnya terjadi pada kaum lansia (Fitzpatrick dan LaGory 2002). Keluhan kesehatan yang umumnya terjadi berkisar seringnya mengalami kelelahan walaupun suhu tubuh yang relatif lebih rendah dari orang dewasa lainnya, penyusutan tulang dan otot, rematik, serta penurunan kesehatan dan nyeri pada sendi. Selain itu, terjadi penurunan mobilitas dan mulai menurunnya orientasi terhadap satu ruang, bergerak dan bereaksi semakin lambat, berkurangnya kemampuan mendengar dan melihat, serta semakin rentan terhadap penyakit akibat berkurangnya sistem kekebalan tubuh.

Kondisi tersebut akan semakin buruk jika seorang yang berusia lanjut tidak mempunyai perencanaan masa tua sebelumnya. Selain menghadapi kondisi ekonomi, juga akan menghadapi kondisi sosial yang berbeda dengan orang dewasa pada umumnya. Yang paling umum terjadi adalah orang tua harus mengadapi rasa kesepian di tengah masyarakat yang mulai dirasakan tidak ramah dan individualis.
Dengan kondisi mental tersebut, saat harus berhadapan dengan lingkungan yang kotor dan tidak nyaman akan memudahkan orang tua untuk merasakan stress. Tidak jarang hal tersebut dapat memperburuk berbagai gejala penyakit mental organik seperti kegelisahan yang sangat, depresi, hingga schizophrenia

Menjadikan Kaum Lansia sebagai Individu dalam Sebuah Kota

Pada umumnya, banyak perbedaan antara cara pandang antara orang lanjut usia dengan orang dewasa, diantaranya adalah dari cara memandang makna dari sebuah objek atau ruang, perbedaan tingkat rasa puas atau rasa takut, serta peta mental (mental map) terhadap lingkungan di sekitarnya. Orang dewasa biasanya akan menandakan sebuah objek atau ruang dari apa saja yang mereka lihat dengan inderanya, baik dari bentuk hingga warna, serta rasa teritoral terhadap sesuatu. Sedangkan pada orang tua, lebih banyak menandakan sebuah objek atau ruang berdasarkan kultural dan psikologi. Orang tua akan mudah mengingat sesuatu berdasarkan pengalaman pribadi dan memori dari apa yang mereka ingat dan rasakan. Berdasarkan hal ini, orang tua akan sangat sulit mengingat objek atau ruang yang berubah dengan cepat, seperti cepat dan maraknya pembangunan bangunan baru di sebuah area.

Untuk area yang lambat pertumbuhannya seperti area pemukiman yang telah lama ada, lansia akan mengingat kondisi fisik dan sejarah di tempat tinggalnya lebih detail dari kaum muda. Selain itu, kaum lansia cenderung mempunyai perasaan ‘rasa jauh’ yang lebih besar sehingga membuat mereka cenderung lebih terbuka dan berinteraksi dengan komunitas di sekitarnya, terutama dengan tetangga yang terdekat. Kaum muda lebih banyak menjelajah ke tempat yang lebih jauh dari kaum lansia dan cenderung bergerak lebih cepat sehingga kurang dapat mengingat detail dari setiap area yang dilaluinya.

Ada satu hal yang menarik dari cara pandang orang lansia terhadap rasa takut dan tingkat kepuasan terhadap sesuatu. Dari sebuah hasil riset gerontologi di Inggris, banyak orang lansia yang mempunyai rasa takut yang lebih tinggi dari orang dewasa pada umumnya tetapi mereka lebih mudah untuk merasa puas dan menerima terhadap kondisi di sekitarnya. Dengan daya jelajah area yang lebih sempit dan keterbatasan sumber daya, menempatkan para lansia cenderung menjadi bagian dari masyarakat yang lebih mudah menjadi korban dari kekerasan di lingkungan rumahnya sendiri.

Dengan segala kondisi dan hambatan tersebut, kaum lansia mempunyai pilihan yang lebih sempit secara spasial dan harus lebih berhati-hati untuk dapat hidup di sebuah kota besar. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kota yang mempunyai karakteristik dan kondisi secara fisik, psikologi maupun sosial yang tidak ramah, tidak aman dan tidak menyehatkan bagi mereka.

Aplikasi dan Rekomendasi Disain

Mengaplikasikan disain secara universal dipandang tidak dapat mengakomodasikan kebutuhan spesifik grup umur dan kelompok dengan kebutuhan khusus. Tetapi jika ingin melakukan spesifikasi disain berdasarkan umur, haruslah mempunyai kaidah dan aturan khusus, sehingga tidak hanya memaksakan satu disain instan ke dalam satu area. Dan akan lebih baik jika melakukan satu perbaikan kualitas disain di satu grup umur, harus diikuti dengan perbaikan di grup umur lainnya.

Dari sebuah pusat aplikasi ilmu Gerontologi, dikatakan bahwa jika melakukan aplikasi disain untuk grup umur anak-anak akan mengurangi aplikasi disain di grup umur lansia, tetapi jika memperbaiki aplikasi disain di grup umur lansia akan mengakomodasikan kebutuhan grup umur anak-anak. Karakteristik grup umur lansia dipandang lebih rentan dan lambat pulih dari grup umur anak yang masih dalam pertumbuhan dan lebih intensif dari pengawasan orang yang lebih tua darinya. Untuk kaum lansia yang kondisi dan metabolismenya semakin menurun, cenderung lebih banyak hidup dan beraktifitas sendiri atau dalam satu grup dengan kategori umur yang sama.

Berdasarkan pembagian kategori umur lansia sebelumnya, kategori tersebut akan membedakan karakter dari kemampuan dan tipe aktifitas serta akan mempengaruhi jenis fasilitas apa saja yang diperlukan. Dimulai dari kelompok lansia dini yang masih cukup mandiri, gesit dan mudah berpindah tempat akan mempunyai tipe aktivitas yang masih bisa untuk menaktualisasikan diri, rekreasi serta interaksi sosial yang cukup intensif. Untuk mengakomodasikan kebutuhan ini, maka lokasi pemukiman diletakkan tidak jauh dari lingkungan pemukiman orang dewasa pada umumnya dan menyediakan lokasi umum untuk menjadi tempat bertemu yang nyaman. Kelompok umur lansia hingga lansia beresiko tinggi, akan mengalami proses perubahan daya dan kemampuan fisik, dimana akan lebih memerlukan bantuan orang lain serta kebutuhan perlindungan dan terapi atas kesehatannya. Untuk kelompok ini, direkomendasikan sebuah lokasi yang cukup banyak area hijau/taman yang nyaman dan rendah polusi.

Banyak kesalahpahaman yang terjadi belakangan ini mengenai bagaimana merawat kaum lansia. Hal yang umum dilakukan adalah menempatkan grup lansia di area yang cenderung tertutup dan melarang atau memberikan sedikit kebebasan bagi mereka untuk menikmati ruang luar. Padahal dengan kondisi seperti itu, justru akan membuat kaum lansia rentan terhadap stress sehingga mudah mengalami gangguan kesehatan fisik dan emosional.

Untuk mewujudkan kota yang ideal bagi kaum lansia, dapat dimulai dengan memahami karakter dari lansia itu sendiri sehingga perencanaan sebuah area khusus untuk mereka dapat sesuai dan memenuhi fasilitas yang dibutuhkan. Hal yang cukup penting diperhatikan adalah bagaimana sebuah kota dapat menyediakan lebih banyak ruang terbuka seperti taman lingkungan yang asri, bersih, aman, dan nyaman.

Untuk area pemukiman, penting diperhatikan bahwa letak lokasinya harus berada di area yang rendah tingkat polusinya, baik polusi air, suara, maupun udara. Selain itu, lokasi tersebut haruslah mempunyai kemudahan akses serta arah pandang yang lebih lebar untuk melihat lebih baik. Kemudahan akses ini termasuk menyediakan area pedestrian yang aman dan nyaman dengan penerangan di malam hari yang baik, penyediaan transportasi umum seperti bis dan mikrolet, hingga kereta api. Arah pandang yang luas dan mempunyai petunjuk arah yang jelas bertujuan untuk mengetahui orientasi arah dan hambatan hingga untuk saling mengawasi untuk cepat memberikan pertolongan dalam keadaan darurat.

Ada berbagai macam fasilitas penting untuk mendukung aktifitas kaum lansia, yaitu pusat perawatan dan terapi orang jompo, klinik atau rumah sakit, pasar atau area perbelanjaan, pusat berolah raga, tempat beribadah umum, hingga sarana lainnya seperti perpustakaan hingga taman lingkungan. Semua fasilitas yang ada akan di disain sesuai dengan karakteristik dan standar untuk golongan umur lansia, seperti merencanakan area singgah (drop-in) untuk memberikan area duduk dan beristirahat dalam jarak tertentu, membuat area hijau yang mampu menyerap gas CO2, hingga terapi dengan berkebun.

Regulasi, Aplikasi Disain hingga Kontribusi Sosial

Terlepas dari kebijakan pemerintah dan kepentingan politik lainnya, sudah saatnya membuat langkah lebih maju untuk mewujudkan kota ramah lansia. Salah satunya adalah dengan mengaplikasikan perencanaan kota yang terarah dan berkelanjutan yang dikombinasikan dengan peningkatan kualitas fasilitas dan lingkungan perkotaan yang lebih baik.

Referensi penggunaan konsep green city dan green building dapat menjadi sebuah langkah awal yang harus berkelanjutan dan tidak hanya menjadi eforia sesaat. Pemangku kebijakan dapat berpartisipasi aktif untuk mengeluarkan regulasi yang pro kepada kelompok umur lansia dan melakukan pengawasan secara proaktif bersama masyarakat umum. Peningkatan standar kesehatan lingkungan hingga kebijakan kota yang selaras dan terpadu di berbagai bidang yang akan meningkatkan kesadaran setiap individu untuk menjalaninya, menjadi sebuah langkah awal dari terwujudnya kota yang ramah bagi semua lapisan masyarakat termasuk anak dan kaum lanjut usia pada khususnya.

***


Bahan bacaan:

Fitzpatrick, Kevin and Mark LaCory.2000. Unhealthy Places, The Ecology of Risk in the Urban Landscape. Routledge. New York.

Marcus, Clare Cooper and Carolyn Francis. 1998. People Places, Design Guidelines for Urban Open Space. Second Edition. Van Nostrand Reinhold. United State of America.

Badan Pusat Statistik. 2011. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2010. www.bps.go.id/aboutus.php?sp=1.


Catatan: Artikel ini merupakan versi asli dari artikel yang telah dipublikasikan oleh Majalah Garden Edisi 61/2012.

Saturday, April 14, 2012

Penyebab Pohon Rusak Atau Mati



  • kegiatan vandalisme pengguna taman,
  • kekeringan,
  • salah dalam teknik penanaman,
  • kepadatan tanah,
  • kualitas bibit dari nurseri,
  • sumur/sumber air dalam tanah (waterlogging),
  • kerusakan akibat pemotong rumput/semak,
  • pemasangan tiang pancang pohon,
  • kesuburan tanah,
  • hama dan penyakit tanaman,
  • tingkat kandungan garam pada tanah,
  • dan lainnya

(Bradshaw, Hunt, and Walmsley, 1995).

Mengurangi Efek Racun Logam oleh Tanaman

Di jaman sekarang, kehidupan manusia sudah sangat sulit dipisahkan dengan unsur logam di dalamnya. Dimulai dari bahan baku pembuatan peralatan sehari-hari hingga proses pembuatan makanan. Bahkan saat tanaman sebagai sumber makanan tumbuh pada satu lahan, tidak terlepas dari unsur logam di dalam siklus pertumbuhannya.

Unsur Logam dalam Alam dan Pertanian

Secara natural, unsur logam tersedia di alam. Baik awalnya merupakan senyawa dalam bebatuan di kerak bumi, hingga proses evolusi dan erosi yang lama, unsur tersebut muncul di permukaan dan berinteraksi dengan makhluk hidup termasuk manusia.

Banyak manfaat dari kehadiran unsur logam ini, baik dalam proses metabolisme makhluk hidup termasuk manusia, hingga proses industri untuk barang-barang keperluan sehari-hari. Manfaat tersebut akan dapat dinikmati pada ambang batas yang aman bagi kesehatan. Unsur logam yang ada akan diuraikan kembali dengan proses alami menjadi senyawa yang tidak berbahaya bahkan berguna dalam proses berikutnya.

Tetapi jika sebuah kebutuhan sudah mulai diadakan lebih intensif, adanya usaha pemupukan dan pemberian pestisida yang berlebihan dalam pemenuhan target kebutuhan sumber makanan, akan mengakibatkan pergeseran kandungan unsur logam pada alam. Pergeseran ini yang akan mengakibatkan suatu area akan terakumulasi unsur logam yang makin lama melampaui tingkat keseimbangannya sehingga akan bersifat toksik dan merugikan makhluk hidup yang ada di dalam area tersebut. Selain itu, meningkatnya aktivitas industri di dalam negeri, juga menyumbang penyebab terjadinya dampak negatif pada makhluk hidup dan lingkungannya.

Sebenarnya, dari 109 unsur kimia yang kita kenal, terdapat 80 unsur yang tergolong sebagai unsur logam (Wahyu Widowati, dkk., 2008). Dan dari unsur logam berat tersebut, dibagi menjadi dua, yaitu logam berat essensial (Zn, Cu, Fe, Co, Mn dan yang lainnya) yang dalam jumlah tertentu diperlukan mikroorganisme dan logam berat tidak essensial (Hg, Cb, Pb, Cr dan lainnya), yang manfaatnya belum dikaji lebih lanjut atau bahkan mempunyai sifat racun (toksik).

Unsur logam essensial akan berguna bagi makhluk hidup dalam jumlah tertentu. Salah satu contohnya adalah unsur Kobalt (Co) yang merupakan bagian dari Vitamin B12 (cyanokobalamin) yang satu sisi dapat mencegah gejala anemia, tetapi jika melebihi ambang batas yang diperlukan, akan mengakibatkan anemia akut. Begitu pula dengan unsur essensial lainnya yang mempunyai manfaat yang spesifik.

Pencemaran akan terjadi jika keberadaannya telah terakumulasi dalam jumlah yang banyak dan jangka waktu yang cukup lama. Pada taman yang berada didekat dengan tempat tinggal, pencemaran dapat terjadi melalui udara, tanah, maupun air. Faktor penyebabnya dapat melalui udara (asap kendaraan bermotor atau asap pabrik), aliran air yang tercemar, atau lokasi yang berdekatan dengan lokasi tertentu yang menjadi sumber logam, seperti bekas area penambangan maupun pabrik industri.

Gejala toksik akan dirasakan saat unsur logam bersentuhan langsung dengan kulit atau luka hingga pada air minum dan bahan makanan yang kita makan. Gejala dapat terlihat langsung, seperti mual, muntah dan diare hingga penyakit yang cukup berat seperti kanker, tumor hingga kematian. Untuk memastikan jenis logam apa saja yang meracuni tubuh, dapat dilakukan pemeriksaan khusus pada laboratorium, baik dari jaringan kulit, kuku, rambut, darah, hingga air seni.

Jenis Logam: Sumber dan Gejala Toksik

Jenis Unsur Logam

Sumber yang Kemungkinan Ada di Taman

(Beberapa contoh utama)

Gejala Toksik

(gejala awal hingga kronis)

Arsen (Ar)

Pengawet kayu, bahan pembuatan pestisida, insektisida, herbisida, algisida, rodensida; bahan pupuk dan sterilan tanah (soil sterilant)

Arang, abu letusan gunung berapi, asap kebakaran hutan, dan lainnya.

Gejala awal seperti keracunan, meliputi mual, muntah, tenggorokan terasa terbakar, sakit perut, diare akut, mulut terasa kering dan berasa logam. Dapat menyebabkan kanker kulit, kanker paru-paru, dan kanker empedu hingga kematian.

Kadnium (Cd)

Sampah baterai bekas, kandungan air yang tercemar, keong air tawar yang tercemar, sisa pemupukan (pupuk fosfat), dan lainnya.

Gejala flu, lemah, letih, lesu, sakit kepala, menggigil, berkeringat, kanker paru-paru, kanker prostat, kerusakan ginjal, anemia, diskolorasi gigi, hingga kematian..

Kronium (Cr)

Bahan pengkilap logam, wood treatment, bahan cat, bahan pewarna gelas, bahan pembuatan keramik, dan lainnya.

Gangguan pencernaan, luka pada lambung, kerusakan ginjal, muntah, pendarahan, hingga menyebabkan kematian.

Timbal (Pb)

Sampah baterai bekas, bahan pembuatan kabel telepon/listrik, bahan formulasi penyambung pipa, bahan penyepuhan, pestisida, pengkilap bahan keramik, pewarna cat, dan lainnya.

Menghambat aktivitas enzim, anemia, epilepsi, kerusakan otak, kolik, konstipasi, keguguran, gangguan fungsi tiroid, dan fungsi ardrenal, sakit kepala, hingga gagal ginjal.

Merkuri (Hg)

Air hujan yang tercemar, pecahan bola lampu, limbah industri kertas dan lainnya.

Sakit pada perut, mual-mual, muntah disertai dengan darah, shock, hepatitis, kehilangan memori, halusinasi, penyakit saraf dan lainnya.

Nikel (Ni)

Sampah dari baterai, cd, pewarna cat, pelapis logam, stainless steel, air dan udara yang tercemar, dan lainnya.

Sakit kepala, mual, muntah, sakit dada disertai batuk, sakit lambung dan usus, demam, pneumonia, dan gejala lainnya.

Kobalt (Co)

Bahan campuran logam agar tahan panas, alat pemotong, bahan pengering cat, pembuatan keramik, kaca, plastik, dan lainnya.

Anemia, gangguan sistem saraf, kehilangan berat badan, toksisitas otot jantung, batuk, nafas pendek, kulit kering dan bengkak, sakit lambung dan gejala lainnya.

Tembaga (Cu)

Bahan pestisida, bahan pembuatan peralatan dapur/panci, pipa, pewarna kuningan, pengawet kayu, dan lainnya.

Gangguan neurologis, kerusakan oragan paru-paru, hati, dan pankreas, menurunkan fertilitas, kehausan, muntah, diare, hingga kematian.

Besi (Fe)

Bahan pembuatan baja, pelapis stainless steel, bahan pembuatan skyscraper, furniture dan peralatan taman, dan lainnya.

Jika berlebih akan mengakibatkan rusak organ pankreas, otot jantung, ginjal, diare, kanker hati, muntah, gangguan pencernaan, dan lainnya hingga menyebabkan penyakit yang lebih berat lagi.

Mangan (Mn)

Bahan stainless steel, cat pada kaca, varnishes, bahan pupuk, keramik, bahan pembuat korek api, bahan penyambung logam, hingga lainnya.

Gangguan sistem saraf pusat, kelelahan, kaki kaku kram, pneumonia, impoten, skikofrenia, sakit kepala, insomnia, mengakibatkan tumor, gangguan metabolisme, hingga gejala lainnya.

Molibdenum (Mo)

Bahan pewarna, besi dan baja, cairan oli dan bahan bakar lainnya, tanah bekas tambang, dan lainnya

Gejala keracunan pada umumnya, tubuh lemah, bintik merah pada kulit, menurunnya sel darah putih, anemia, gout, dan gejala lainnya.

Selenium (Se)

Bahan tahan karat, produk karet, solar cells, fungisida, obat hewan, lem, resin, asphalt, minyak pelumas, kaca dan lainnya

Menggigil/tremor, kelelahan, rambut rontok, kuku lepas, mati rasa, kulit pucat, gangguan alat pencernaan dan nafas, gangguan hati dan empedu, sakit pinggang, dan lainnya.

Seng (Zn)

Pencegah karat besi, sampah sisa baterai, bahan kuningan dan logam, pelapis cat, bahan pengawet kayu, dan bahan lainnya.

Kelebihan akan mengakibatkan gangguan alat pencernaan dan diare akut. Sedangkan kekurangan akan mengakibatkan rambut rontok, impotensi, kehilangan nafsu makan, gangguan daya tahan tubuh, dan masalah kulit.

Sumber: Widowati, Wahyu., Astiana Sastiono, Raymond Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi Yogyakarta., 15-327.

Ambang batas aman merupakan satuan maksimum bagi sebuah unsur logam pada suatu tempat baik diukur pada udara, tanah, air, hingga ketersediaannya pada jaringan makhluk hidup yang ada di area tersebut. Sumber informasinya akan beragam dan bervariasi sesuai dengan lembaga yang dipilih (BAPEDAL, The Environmental Protection Agency (EPA); World Health Organization (WHO) atau lainnya) dan sesuai dengan lokasi keberadaannya. Hal ini akan terkait dari kondisi kualitas lingkungan dan musim yang ada.

Peran Tanaman dalam Fitoremederasi

Peranan tanaman dalam membantu masalah pencemaran sudah tidak asing lagi. Dimulai dari penyerap polusi, juga sebagai penghasil oksigen, penyerap karbondioksida, hingga pemberi zat organik pada tanah yang berguna bagi pertumbuhan tanaman.

Dalam pengembangan taman perkotaan atau urban, penggunaan lebih banyak jenis tanaman Rehabilitasi Taman Hutan juga sangat bermanfaat untuk menyerap polusi udara. Jenis tanaman yang dimaksud adalah Felicium (Filicium decipiens), Mahoni (Swietenia mahagoni), Kenari (Cabarium commune), Salam (Syzygium polyanthum), Anting-anting (Elaeocarpus grandiforus), Puring (Codiaeum variegatum), Nusa Indah (Mussaenda sp.), Soka (Ixora japonica), Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), Pohon Angsana (Pterocarpus indicus), Waru (Hibiscus thiliensis), dan Asam Londo. Jenis-jenis tanaman tersebut mampu mengakumulasi logam berat seperti Tembaga/Cu, Seng/Zn, Kadnium/Cd, Timbal/Pb, dan Mangan/Mn.

Di dalam ilmu teknik lingkungan telah lama dikenal istilah Fitoremederasi (Phytoremediation) yang bermakna kemampuan tanaman sebagai pembersih area dari zat penyebab pencemaran. Teknik cukup terkenal karena selain murah biayanya, akan lebih atraktif dan efisien. Dengan menggunakan kemampuan natural tanaman untuk menyerap zat berbahaya ke dalam jaringan tumbuhnya (Hemen Sarma, 2010).

Ada sekitar 400 jenis tanaman yang telah diketahui mempunyai kemampuan alami tersebut. Contohnya saja tanaman Mustard/Sejenis Sawi (Brassica juncea dan Brassica carinata) yang efektif untuk menyerap logam Kronium (Cr) dan Timah (Ni).

Berikut jenis tanaman yang cukup popular dalam proses Fitoremederasi.

Contoh Beberapa Tanaman dan Logam yang Diserap

Nama Ilmiah Tanaman

Unsur Logam

Alyssum wulfenianum

Ni

Azolla pinnata, lemna minor

Cu, Cr

Brassica juncea

Cu, Ni

Arabiadopsis hallerii

Cd

Pteris vittata

Cu, Ni, Zn

Psychortria douarrei

Ni

Pelargonium sp.

Cd

Thlaspi caerulescens

Zn, Cd, Ni

Arabidopsis halleri

Cd

Amanita muscaria

Hg

Arabis gemmifera

Cd, Zn

Pistia stratiotes

Ag, Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb, Zn

Piptathertan miliacetall

Pb

Spartina plants

Hg

Astragulus bisulcatus, Brassica Juncea

Se

Sedum alfredii

Cd

H. annuus

Pb

H. indicus

Pb

Sesbania drummondi

Pb

Lemna gibba

As

Pteris vittata

As

Sedum alfredii

Pb/Zn

Thlaspi caerulescens

Zn, Pb, Zn, Cd

Chengiopanax sciadohylloides

Mn

Tamarix smyrnesis

Cd

P. griffithii

Cd, Zn

Brassica napus

Cd

Arabidopsis thaliana

Zn, Cd

Crotalaria juncea

Ni, Cr

Cynodon dactylon

Ni, Cr

Rorippa globosa

Cd

Sumber: Sarma, H., 2011. Metal Hyperaccumulation in Plants: A Review Focusing on Phytoremediation Technology. J. Environ. Sci. Technol., 4: 118-138. http://scialert.net/abstract/?doi=jest.2011.118.138

Dalam berbagai penelitian di dalam negeri, ada beberapa tanaman tropis yang cukup baik dalam kemampuan fitoremederasi. Seperti Pohon Api-api (Avicennia marina) yang mempunyai kemampuan mengakumulasi logam berat yang tinggi. Selain itu disusul Pohon Bakau (Rhizophora mucronata) yang sangat efektif untuk mengakumulasi logam Tembaga (Cu), Mangan (Mn), dan Seng (Zn).

Penggunaan beberapa jenis tanaman ini telah cukup banyak diterapkan. Baik sebagai alat pereduksi pencemaran air, tanah, maupun udara. Tekniknya pun bermacam-macam, dapat sebagai hutan lindung, penggunaan teknik filtrasi air limbah, hingga sekelas taman rumah tinggal pun, dapat disiasati dengan penataan yang memberikan nilai tambah bagi pemilik rumah. Dapat sebagai tanaman pagar untuk jenis tanaman Kembang Sepatu, atau sebagai barrier dengan menggunakan taman vertikal untuk menyerap dan menahan polusi udara dari jalan umum.

Wasdapa, Jeli, dan Cermat Dalam Berkebun

Walau ukuran taman yang ada berukuran kecil, tingkat kewaspadaan tetaplah dijaga. Karena efek yang dirasakan merupakan akumulasi dari jangka yang cukup lama. Untuk itu diperlukan informasi yang akurat, seperti sejarah tanah yang dimiliki dan kondisi serta kualitas lingkungan disekitarnya. Akan menjadi bahan pertimbangan apakah tanah tersebut berdekatan atau bekas tambang, apakah lokasinya berdekatan dengan pabrik yang sedang aktif, hingga laporan laboratorium terhadap kadar logam pada air yang digunakan sehari-hari. Bagi pengguna air tanah untuk minum dan memasak, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium agar mengetahui secara pasti apakah aman untuk di konsumsi sehari-hari.

Sikap jeli juga diperlukan bagi pemilik taman untuk melihat gejala awal dari keberadaan logam dan jumlahnya hingga gejala awal dari racun yang telah masuk ke dalam tubuh. Selain menjaga agar tetap bersih dan sehat, untuk ketahanan tubuh, dapat pula direncanakan satu waktu untuk melakukan detokfikasi pada tubuh secara rutin. Mulai memilih apa saja yang digunakan atau dikonsumsi merupakan langkah bijaksana bagi kesehatan. Ada baiknya untuk mulai mengkombinakan bahan makanan organik pada menu sehari-hari.

Sikap cermat dalam berkebun juga dilakukan untuk menekan timbulnya pencemaran, contohnya saja dengan melakukan pemupukan dan penggunaan pestisida secara efektif dan efisien. Selain itu penggunaan bahan organik untuk kedua kegiatan tersebut sangat disarankan untuk dilakukan. Memilih untuk menggunakan peralatan berkebun dan furniture taman dengan bahan yang aman serta alami juga merupakan contoh kegiatan cermat lainnya.

Banyak hal yang alam telah berikan kepada kehidupan manusia. Oleh karena itu, mari lestarikan lingkungan di sekitar kita.

Sumber:

Thomas H. Russ. Site Planning and Design Handbook. 2002. McGraw-Hill Companies. USA. 433(363).

Sarma, H., 2011. Metal Hyperaccumulation in Plants: A Review Focusing on Phytoremediation Technology. J. Environ. Sci. Technol., 4: 118-138. http://scialert.net/abstract/?doi=jest.2011.118.138

Widowati, Wahyu., Astiana Sastiono, Raymond Jusuf. 2008. Efek Toksik Logam. Penerbit Andi Yogyakarta., 15-327.


Catatan:

Artikel ini pernah dimuat dalam Majalah Idea Garden. Trims buat Mbak Titiek yaa...